Jumlah Fi’liyah
A. Pengertian Jumlah Fi’liyah
كُلُّ جُمْلَةٍ تَتَرَكَّبُ
مِنْ فِعْلٍ وَ فَاعِلِ تُسَمَّى جُمْلَةً فِعْلِيَّةً
Jumlah fi’liyah adalah jumlah yang terdiri dari
fi’il dan fa’il. Jumlah fi’liyah adalah suatu susunan kalimat (jumlah) yang
diawali oleh kalimat fi’il (kata kerja). Fail adalah kalimat isim (kata benda)
yang menunjukkan kepada orang yang melakukan perbuatan (fi’il).



Maf’ul
|
Fa’il
|
Fi’il
|
Artinya : muhammad telah memakan ikan
B.
Jenis-jenis Fi’il
Jenis-jenis fi’il apabila dilihat dari segi waktu:
1. Fi’il madhi adalah kalimat
fi’il yang menunjukkan arti lampau.
2. Fi’il mudhori’ adalah kalimat
fi’il yang menunjukkan arti sedang dan akan datang.
3. Fi’il amar adalah kalimat
fi’il yang menunjukkan arti perintah.
Contoh:
Fi’il amar
|
Fi’il mudhori
|
Fi’il madhi
|
اِذْهَبْ
Pergilah
|
يَذْهَبُ
Sedang/akan pergi
|
ذَهَبَ
Telah pergi
|
اُنْصُرْ
Tolonglah
|
يَنْصُرُ
Sedang/akan menolong
|
نَصَرَ
Telah menolong
|
إِقْرَأْ
Bacalah
|
يَقْرَأُ
Sedang/akan membaca
|
قَرَأَ
Telah membaca
|
C.
Jenis-jenis Fa’il
1. Fa’il isim mu’rob
Fa’il isim mu’rob
adalah sebuah fa’il (isim) yang bisa dii’robi baik dari segi huruf atau
harakatnya. Contohnya :
Yang muda memberi
salam yang tua
|
يُسَلِّمُ اصَّغِيْرُ عَلَى الكَبِيْرِ
|
2. Fa’il isim mabni
Yaitu sebuah fa’il
yang tidak bisa dii’robi (tidak bisa berubah) baik dari segi harakat maupun
hurufnya (tetap). Yang termasuk ke dalam isim mabni adalah isim dhomir.
Contohnya :
Kami telah melihat
gunung
|
نَظَرْنَا الْجَبَلَ
|
Kamu (pr) telah
menghafal pelajaran
|
حَفِظْتِ
الدَّرْسَ
|
3. Fa’il masdar muawwal
Ta’wilnya fi’il
dengan masdar apabila jatuh setelah lima hurf yaitu : أَنْ, أَنَّ,
كَي,مَا,لَوْ,, seperti contoh :
يَحْسُنُ أَنْ تَجْتَهِدَ
|
Apabila fa’ilnya berupa isim tasniah
atau jama’, maka fi’ilnya cukup mufrad sebagaimana apabila fa’ilnya dalam keadaan
mufrad. Contohnya :
Pelajar itu duduk
|
جَلَسَ الطَّالِبُ
|
Dua pelajar iru duduk
|
جَلَسَ الطَّالِبَانِ
|
Para pelajar itu duduk
|
جَلَسَ الطُّلأَبُ
|
Terkadang boleh memuanastkan fi’ilnya
atau tetap menjadikan mudzakar apabila dalam keadaan sebagai berikut:
a. Fa’ilnya berupa mu’annast
hakiki yang terpisah dengan fi’ilnya
Contohnya: جَائَتْكَ الطَّبِيْبَةُ
b.
Fa’ilnya berupa muannast majazi
Matahari telah terbit
|
طَلَعَتْ الشَّمْسُ
|
c.
Fa’ilnya berupa jama’ taksir
Para utusan datang dengan membawa kebenaran
|
جَأَتْ رُسُلُنَا بِاالحَقِ
|
Sedangkan yang wajib memuanatskan fi’ilnya apabila fa’ilnya sebagai
berikut:
a. Fa’ilnya
berupa mu’annats hakiki
Contohnya:
‘aisyah telah menulis pelajaran
|
كَتَبَتْ عَائِشَةُ الدَّرْسَ
|
b. Dhomir
yang kembali kepada isim muannats hakiki atau majazi
Contohnya:
Dia (pr) akan memukul saudaranya
|
تَضْرِبُ اُخْتِهَا
|
Selain
fi’il. Ada beberapa isim yang membutuhkan fail. Isim-isim tersebut ialah :
a. Isim
fai’il
Contoh :
Guru yang luas ilmunya telah datang
|
جَأَ الأُسْتَادُ الْوَسِعُ عِلْمُهُ
|
b. Isim
shifah musyabahah bismil fa’il
Contohnya:
Anak tang baik budi pekertinya telah datang
|
جَأَ وَلَدٌ حَسَنٌ خُلْقُهُ
|
c. Masdar
Contohnya:
Aku mengagumi bilal bacaan al-Qur’annya
|
عَجِبْتُ مِنْ قِرَأَةٍ بِلأَلٍ القُرْأَنَ
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar