Sabtu, 09 Mei 2015

jumlah fi'liyah

Jumlah  Fi’liyah

A.    Pengertian Jumlah Fi’liyah
كُلُّ جُمْلَةٍ تَتَرَكَّبُ مِنْ فِعْلٍ وَ فَاعِلِ تُسَمَّى جُمْلَةً فِعْلِيَّةً
Jumlah fi’liyah adalah jumlah yang terdiri dari fi’il dan fa’il. Jumlah fi’liyah adalah suatu susunan kalimat (jumlah) yang diawali oleh kalimat fi’il (kata kerja). Fail adalah kalimat isim (kata benda) yang menunjukkan kepada orang yang melakukan perbuatan (fi’il).
اَكَلَ مُحَمَّدٌ السَّمَاكَ
 

Maf’ul
Fa’il
Fi’il
Artinya : muhammad telah memakan ikan

B.     Jenis-jenis Fi’il
Jenis-jenis fi’il apabila dilihat dari segi waktu:
1.      Fi’il madhi adalah kalimat fi’il yang menunjukkan arti lampau.
2.      Fi’il mudhori’ adalah kalimat fi’il yang menunjukkan arti sedang dan akan datang.
3.      Fi’il amar adalah kalimat fi’il yang menunjukkan arti perintah.
Contoh:


Fi’il amar
Fi’il mudhori
Fi’il madhi
اِذْهَبْ
Pergilah
يَذْهَبُ
Sedang/akan pergi
ذَهَبَ
Telah pergi
اُنْصُرْ
Tolonglah
يَنْصُرُ
Sedang/akan menolong
نَصَرَ
Telah menolong
إِقْرَأْ
Bacalah
يَقْرَأُ
Sedang/akan membaca
قَرَأَ
Telah membaca

C.     Jenis-jenis Fa’il
1.      Fa’il isim mu’rob
Fa’il isim mu’rob adalah sebuah fa’il (isim) yang bisa dii’robi baik dari segi huruf atau harakatnya. Contohnya :
Yang muda memberi salam yang tua
يُسَلِّمُ اصَّغِيْرُ عَلَى الكَبِيْرِ

2.      Fa’il isim mabni
Yaitu sebuah fa’il yang tidak bisa dii’robi (tidak bisa berubah) baik dari segi harakat maupun hurufnya (tetap). Yang termasuk ke dalam isim mabni adalah isim dhomir. Contohnya :
Kami telah melihat gunung
نَظَرْنَا الْجَبَلَ
Kamu (pr) telah menghafal pelajaran
حَفِظْتِ الدَّرْسَ

3.      Fa’il masdar muawwal
Ta’wilnya fi’il dengan masdar apabila jatuh setelah lima hurf yaitu : أَنْ, أَنَّ, كَي,مَا,لَوْ,, seperti contoh :
يَحْسُنُ أَنْ تَجْتَهِدَ

Apabila fa’ilnya berupa isim tasniah atau jama’, maka fi’ilnya cukup mufrad sebagaimana apabila fa’ilnya dalam keadaan mufrad. Contohnya :

Pelajar itu duduk
جَلَسَ الطَّالِبُ
Dua pelajar iru duduk
جَلَسَ الطَّالِبَانِ
Para pelajar itu duduk
جَلَسَ الطُّلأَبُ

Terkadang boleh memuanastkan fi’ilnya atau tetap menjadikan mudzakar apabila dalam keadaan sebagai berikut:
a.       Fa’ilnya berupa mu’annast hakiki yang terpisah dengan fi’ilnya
Contohnya:  جَائَتْكَ الطَّبِيْبَةُ

b.      Fa’ilnya berupa muannast majazi
Matahari telah terbit
طَلَعَتْ الشَّمْسُ

c.       Fa’ilnya berupa jama’ taksir
Para utusan datang dengan membawa kebenaran
جَأَتْ رُسُلُنَا بِاالحَقِ

Sedangkan yang wajib memuanatskan fi’ilnya apabila fa’ilnya sebagai berikut:
a.     Fa’ilnya berupa mu’annats hakiki
Contohnya:
‘aisyah telah menulis pelajaran
كَتَبَتْ عَائِشَةُ الدَّرْسَ

b.    Dhomir yang kembali kepada isim muannats hakiki atau majazi
Contohnya:
Dia (pr) akan memukul saudaranya
تَضْرِبُ اُخْتِهَا

     Selain fi’il. Ada beberapa isim yang membutuhkan fail. Isim-isim tersebut ialah :
a.       Isim fai’il
Contoh :
Guru yang luas ilmunya telah datang
جَأَ الأُسْتَادُ الْوَسِعُ عِلْمُهُ



b.      Isim shifah musyabahah bismil fa’il
Contohnya:
Anak tang baik budi pekertinya telah datang
جَأَ وَلَدٌ حَسَنٌ خُلْقُهُ

c.       Masdar
Contohnya:
Aku mengagumi bilal bacaan al-Qur’annya
عَجِبْتُ مِنْ قِرَأَةٍ بِلأَلٍ القُرْأَنَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar